Di sebuah desa ada seorang perempuan yang ditinggal oleh suaminya. Perempuan itu sangat mencintai suaminya dan merasa sangat sedih karena ditinggal mati. Sedemikian besar rasa cintanya sehingga dia menolak untuk menguburkan jasad suaminya. Dia lebih memilih mengawetkan jasad suaminya dan diletakkan di samping tempat tidurnya agar setiap hari dia masih bisa melihat suami tercintanya. Setiap hari dia menangisi jasad suaminya yang telah menemaninya bertahun-tahun. Perempuan itu merasa putus asa dan tidak memiliki tujuan hidup lagi, dia merasa hidupnya tak lagi bermakna.
Lambat laun cerita tentang wanita itu pun berkembang, tidak hanya di desa nya saja tetapi juga sampai di desa-desa lain. Hingga didengarlah cerita itu oleh seorang tetua yang sakti lagi bijak. Tetua itu pun menghampiri rumah si perempuan itu. Lalu dia berkata pada perempuan itu bahwa dia sanggup menghidupkan suaminya dengan satu syarat. Tetua itu meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah pasti memilikinya. Namun ada satu syarat tambahan yaitu bumbu dapur itu harus diminta dari keluarga yang belum pernah ditinggal mati oleh anggota keluarganya sama sekali.
Mendengar hal itu, perempuan itu pun bersemangat. Apa susahnya mencari bumbu dapur dari rumah yang belum pernah ditinggal mati anggota keluarganya, pikirnya dalam hati. Perempuan itu pun mulai mencari bumbu dapur yang diminta ke tetangga-tetangganya.Dan benar saja setiap rumah memiliki bumbu dapur yang dia minta tapi di setiap rumah itu pula mengaku bahwa ada saja keluarganya yang meninggal. Entah itu kakeknya, neneknya, bapaknya, ibunya, kakaknya, atau adiknya bahkan ada yang anaknya sudah meninggal. Waktu pun terus berjalan, setiap rumah yang diketuk oleh perempuan itu selalu mengaku pernah ditinggal mati anggota keluarganya.
Hal ini menjadikan wanita itu sadar, ternyata bukan hanya dia yang mengalami nasib ditinggal orang tercinta. Hampir semua orang yang dijumpainya mengalami hal tersebut. Akhirnya dia kembali mendatangi tetua sakti nan bijak itu dan menyatakan pasrah pada kematian suaminya.Hingga kemudian dia menguburkan jasad suaminya dan melanjutkan hidupnya secara normal.
Pesan dari kisah di atas adalah, jangan pernah menganggap bahwa masalah yang ada pada kita merupakan masalah yang paling besar, sehingga kita mengorbankan waktu hanya untuk terus meratapi musibah tersebut. Yakinlah, bahwa semua orang di dunia ini pernah mengalami musibah, apapun bentuknya. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang menghadapi dan menyikapi masalah yang ada pada diri kita masing-masing.