Tulisan ini saya buat untuk menginggatkan kita semua di momen kemerdekaan bangsa ini yang kebetulan berbarengan dengan bulan Ramadhan. Kemerdekaan telahkita raih 65 tahun lalu, bukan waktu yang sedikit untuk ukuran sebuah bangsa. Setengah abad lebih kita telah "bebas" dari cengkeraman kolonialisme bangsa-bangsa imperialis. Dan pertanyaan yang patut kita ajukan adalah, apakah bangsa ini akan tetap saja seperti ini saja untuk 35 tahun kemudian? atau tepatnya saat kemerdekaan Indonesia akan genap berumur 100 tahun. Sungguh celaka bila teryata setelah 100 tahun kita merdeka tetapi kita tetap seperti ini-ini saja. Sungguhcelaka bila 35 tahun lagi kita tetap juara satu dalam hal korupsi,sungguh celaka bila 35 tahun lagi kita tetap melihat sekolah-sekolah hampir rubuh masih berdiri di nusantara, sungguh bebal bin sableng bila Milad ke-100 kemerdekaan kita masih dilenakan oleh sinetron-sinetron dan film-film perusak otak.
Kemerdekaan yang kepala enam ini teryata belum mampu memberikan kematangan dan kedewasaan dalam bersikap oleh masyarakat kita. Lalu apa yang kurang benar dari Negara ini? Tidak kurang sekolah-sekolah bergengsi bertitel internasional didirikan, tidak kurang madrasah-madrasah sarat religi dibangun, tidak kurang wisudawan-wisudawati bergelar"Wah" ditelorkan oleh berbagai perguruan tinggi. Tapi toh kita sepertinya berjalan di tempat atau bahkan melangkah mundur dari cita-cita pendiri bangsa. Coba kita berimajinasi ke 65 tahun lalu,kemudian kita bertemu dengan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Jendral Sudirman, KH Ahmad Dahlan, KH Wahid Hasyim, Bung Tomo, Ki Hajar Dewantara. Saat bertemu dengan mereka kita bertanya apa harapan mereka 65 tahun kedepan setelah bangsa ini merdeka. Tentunya mereka berharap bahwa Negara ini memiliki infrastruktur yang mumpuni, angkatan bersenjata yang kuat menjaga kedaulatan, masyarakat yang agamis dan terpuji,pendidikan yang melahirkan manusia-manusia seutuhnya. Tapi kalau teryata realitasnya adalah seperti ini maka kita patut memikirkan apa yang harus kita perbaiki.
Apakah mungkin karena kita terlalu sering terbawa semangat menuntut "kemerdekaan" sehingga kita menjadi manusia-manusia egosentris. Sehingga wajar bila koruptor tumbuh bagai cendawan di negeri ini, wajar bila sekolah-sekolah hampir rubuh masih berdiri di tengah-tengah kepungan sekolah-sekolah bertaraf internasional, wajar bila sinetron dan film-film "sampah" terus saja dimunculkan oleh production house-production house mata duitan. Karena masing-masing individual masyarakat kita masih berpikir tentang pencapaian kemerdekaan material-individual semata. Kita mungkin lupa untuk mencapai kemerdekaan sesungguhnya kita harus berpikir memerdekakan kepentingan orang lain terlebih dahulu, Bung Karno, Bung Hatta,Jendral sudirman, KH Wahid Hasyim, KH Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara mereka tak pernah memperjuangkan kemerdekaan untuk mereka sendiri atau kemerdekaan pribadi yang beliau-beliau pikirkan adalah bagaimana memerdekakan masyarakat.Sehingga beliau-beliau tidak takut untuk direnggut kemerdekaannya oleh terali besi atau rumah pengasingan. Tetapi coba kita lihat diri kita, kita terlalu sibuk memikirkan kemerdekaan-kemerdekaan pribadi sehingga banyak kepentingan ummat yang tidak terlihat oleh kita.
Mari kita berimajinasi semisal para pejabat kita mempunyai pola pikir dan semangat untuk memerdekakan rakyat dari kemiskinan. Kecil kemungkinan akan ada penggondolan uang rakyat dalam jumlah massif. Semisal para guru, pendidik, dan lembaga pendidikan mempunyai semangat untuk memerdekakan tiap muridnya dari jurang kebodohan. Maka kecil kemungkinan akan ada pungli-pungli berkedok istilah-istilah uang gedung, uang buku, uang tetek-bengek ataupun demo-demo guru meminta kenaikan gaji. Semisal insan perfilman kita mempunyai tekad untuk memerdekakan masyarakat dari tayangan-tayangan tak berguna.Maka televisi-telivisi kita akan menjadi primadona dalam pembelajaran publik. Semisal masing-masing dari kita setiap hari membantu 5 orang saja disekitar kita yang membutuhkan bantuan betapa indahnya hidup kita. Oleh karena itu bersamaan dengan dikibarkannya bendera dan panji-panji merah putih kebanggaan bangsa ini marilah kita mulai kibarkan semangat untuk mulai memerdekakan orang lain dan kepentingan yang lebih besar terlebih dahulu. Sehingga semoga hal-hal kecil yang kita lakukan saat ini bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa besar atau setidaknya lebih baik 35 tahun ke depan. Agar kita tidak malu bila suatu saat kita bertemu dengan pejuang-pejuang kemerdekaan di alam akhirat kelak karena kita tidak hanya mewarisi kemerdekaan yang mereka beri, tetapi juga mewarisi kekayaan mental mereka untuk meMERDEKAkan. MERDEKA!.Alhamdulillah (Kamar, 19 Agustus 2010)