Perbincangan Malaikat dan Setan (Detik-detik Lebaran)
08.31
“Ha…ha….ha….ha” Iblis tertawa terbahak-bahak sedemikian kencangnya dari balik Pintu neraka.
“Apa yang kau tertawakan hai Iblis?” Tanya malaikat Malik si Penjaga Neraka heran.
“Aku mau tertawa sepuas-puasnya, Maliik.” Seru Si Setan
“Karena ada dua alasan”
“Alasan Pertama, Lebaran sebentaar lagi (Si Iblis menyanyikan lirik lagu yang ngetren di kalangan manusia). Yang artinya bulan Ramadhan akan lewat dengan kata lain masa-masa kami terkurung di Neraka Jahanam akan lewat juga tentunya.”
“Terus? Bukankah kalian sudah beribu-ribu tahun melewati Ramadhan kenapa Ramadhan ini kalian girang sekali.” Tanya Malaikat Malik.
“Benar, tiap bertambah tahun, bertambah pula kebahagiaan kami.”
“Kau tahu mengapa Malik?”
“Ramadhan yang spesial, itu hanya disambut dengan seremonial dan simbol-simbol belaka oleh manusia”
“Lihatlah acara-acara televisi menjelang dan saur, bukannya pagi mereka diisi dengan Muhasabah tetapi malah diisi dengan guyonan oleh kroni-kroni kami yang tampil cantik dan menawan”
“Lalu, saat akan berbuka… mereka disibukkan lagi oleh urusan perut dan hawa nafsu dengan menjejali pasar-pasar makanan sehingga lupa berzikir dan bersyukur kepada Rabbnya.”
“Dan Kau tahu Malikl,itu masih alasan pertama. Alasan kedua kami sangat bahagia adalah”
“Bahwa Ramadhan tidaklah mampu mengubah apapun pada diri umat Muhammad kecuali mengubah jam makan dan jam melampiaskan keburukan-keburukan mereka.”
“Dan Harta ya..harta begitu penting bagi mereka sehingga mereka lupa akan esensi harta sebagai apa.”
“Mereka, terlalu sibuk mencarinya hingga bulan suci pun kehilangan makna kecuali sebagai kesempatan mencari laba …ha….ha…ha”
“Lebaran, mereka anggap sebagai hari kemenangan. Padahal, yang mereka peroleh adalah fatamorgana kebahagiaan. Walaupun muka mereka senyum, tapi yakinlah hati mereka hampa, hati mereka masih ragu apakah mereka benar-benar menang. Karena memang nyatanya mereka hanya memperoleh sedikit sekali dari Ramadhan, SEDIKIT sekali.”
“Manusia…ooh Manusia, mereka sudah tak perlu lagi susah payah kami goda, karena mereka sudah tak mampu menaklukan hawa nafsu mereka yang seperti Kuda ha…ha…ha.”
“Kami akan pensiun Malik, akan pensiun. Kami akan duduk tenang dan memperhatikan apakah manusia mampu menaklukan hawa nafsu mereka dan tetap sujud pada Tuhannya selepas Ramadhan.”
“Bila Ramadhan datang , yaa itu bonuslah untuk mereka. Karena Ramadhan hanya 1 kali dalam setahun sedangkan bulan-bulan sisanya?. Ha…ha…ha…ha, kau bisa bayangkan Malik. Betapa durhakanya anak-anak Adam ini, untunglah kami tak mau sujud pada Kakek Moyangnya si Adam itu ha…ha…ha.”
“Tertawalah hai Iblis, selama kau bisa tertawa puas. Karena bila tiba saatnya kau dan anak-anak Nabi Adam as yang durhaka akan menerima siksa-Nya. Sesungguhnya siksa Allah amatlah pedih.” Malaikat Malik menjawab.
Alhamdulilah
(Kamar, 30 Ramadhan 1341 H)
0 komentar