Orang-orang Istimewa dalam Gerbong Kemajuan Bank Syariah
15.24
Bismillahirrahmanirrahim
“Mas, yang mereka butuhkan sebenarnya bukan ikan
Yang mereka butuhkan sebenarnya kail untuk memandirikan mereka
Agar bisa membantu adik-adik mereka dan hidup mereka”
(Percakapan dengan pengurus panti asuhan)
Saya selalu senang untuk pergi ke sebuah bank, entah untuk setor uang,mengambil tabungan, atau sekedar transfer dana ke rekening lain. Di dunia perbankan setiap orang selalu berpenampilan rapi dan sempurna. Mulai dari security yang membukakan pintu, office boy yang terkadang lalu lalang membersihkan lingkungan bank, teller, customer service hingga supervisor dan manajer yang teliti mengawasi jalannya roda operasional bank tersebut. Semuanya berpakaian rapi, perlente, dan pastinya memiliki penampilan yang cantik atau cakep. Tapi coba kita bayangkan bagaimana bila penampilan perbankan kita lebih manusiawi? Ya lebih manusiawi. Dalam artian kita semua saat ini bukan hidup di negeri dongeng dengan raja dan ratu atau pangeran dengan kuda putihnya atau dengan kata lain kehidupan yang sempurna. Sesungguhnya kita hidup di suatu dunia yang memiliki sisi lain yang berbanding terbalik dari kehidupan yang selama ini kita kenal dan jalani. Kita mungkin selama ini hidup dengan organ tubuh yang lengkap, kita mungkin selama ini hidup dengan keluarga yang utuh dan rumah sendiri yang nyaman. Tapi tidak bisa kita tampik bahwa di luar sana masih terdapat teman-teman kita, rekan-rekan kita, saudara-saudara kita yang hidupnya diwarnai oleh “keistimewaan” pada anggota tubuh maupun keadaan keluarganya. Mungkin di antara mereka ada yang hanya memiliki satu tangan, satu kaki, atau harus berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Dan di sekitar kita mungkin ada anak-anak yang hanya memiliki satu orangtua atau bahkan tidak memiliki orang tua sama sekali saat ini dan harus tinggal berdesak-desakan di panti-asuhan.
Siapa Sajakah Orang-Orang Istimewa Tersebut
Mereka adalah para orang-orang bertubuh istimewa (cacat) dan anak yatim-piatu yang terkadang luput dari perhatian kita peran dan keberadaannya. Mereka seolah-olah hidup di dunia lain atau dimensi lain, padahal tidak sedikit dari mereka yang memiliki potensi sama atau bahkan di atas kita yang hidup dengan keadaan normal. Percaya atau tidak, suka atau tidak kita selama ini sebenarnya telah turut secara tidak langsung memarginalkan peran mereka dalam kehidupan ini. Sebagai contohnya, selama 24 tahun kehidupan saya, saya belum pernah melihat seorang pegawai bank mulai dari tingkat office boy, teller, customer service, hingga manajer yang bertubuh istimewa. Bahkan saya belum pernah melihat saudara-saudara kita yang bertubuh istimewa pergi ke bank (mungkin karena saya kurang lama nongkrong di bank. Atau saya belum pernah sama sekali melihat dan mendengar suatu program dari perbankan terutama perbankan syariah yang memiliki tujuan khusus dan spesifik untuk memandirikan anak-anak yatim-piatu dengan melibatkan mereka pada jalan dan gerak operasional perbankan. Bila kita boleh bertanya, mengapa hal itu terjadi? Itu semua tidak lain dan tidak bukan hanyalah karena mindset kita pada mereka adalah mindset yang masih menganggap enteng mereka.
Pandangan yang Adil Untuk Mereka
Mereka selama ini masih hanya kita anggap sebagai objek untuk “derma” kita, untuk “shodaqoh” kita, untuk “membuang sial” kita, atau untuk “menyogok Tuhan agar rezeki kita lancar”. Seperti cuplikan perbincangan yang saya tulis di awal artikel bahwa terkadang kita lebih fokus pada pemberian ikan kepada mereka dan lupa bahwa mereka mempunyai potensi yang bisa diberdayakan dan dioptimalkan apabila mereka diberi kail. Ya, kail itu berupa kesempatan. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan keuangan, kesempatan untuk bekerja di salah satu bank, dan kesempatan untuk turut serta memajukan perbankan Indonesia. Apakah saudara kita yang memiliki satu tangan tidak bisa bekerja secepat kita yang memiliki dua tangan? Apakah saudara kita yang hanya memiliki satu kaki tidak bisa berjalan secepat kita yang berkaki dua? Apakah anak remaja yatim-piatu yang tinggal dipanti reot akan kalah kecerdasannya dengan anak remaja rumahan? Jawabannya tidak sama sekali, Allah Maha Adil kekurangan di satu sisi akan diganti dengan kelebihan di sisi lain. Percayalah rekan-rekan, mereka mampu bekerja senormal orang normal bekerja, mereka bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti pada umumnya. Hanya saja kita belum terbiasa melihat mereka bekerja. Saya tanya pada rekan-rekan sekalian, apakah sepanjang kehidupan anda, anda pernah melihat orang bertubuh istimewa bekerja, beraktfitas, atau mengerjakan hal-hal umum lainnya? Saya yakin jarang dari anda yang pernah melihat, kalaupun melihat saya yakin mungkin hanya bisa dihitung dengan jari. Bila anda ingin bukti silahkan lihat di Kick Andy edisi Si Pembuat Kaki Palsu, atau edisi orang-orang istimewa (cacat) yang mampu membuahkan prestasi demi prestasi, atau anda bisa lihat di youtube tentang Lena yang bahkan tidak memiliki tangan tetapi mampu melukis, memasak dan berenang. Mereka bisa bekerja dengan baik bahkan anda bisa lihat ada olimpiade orang-orang istimewa ini. Kita hanya perlu membetulkan letak kacamata paradigma kita pada mereka.
Giatkan Kampanye : iB for All
Perbankan syariah memikul suatu amanah yang mulia tetapi tidak ringan dengan embel-embel kata syariahnya. Bukan hanya nilai-nilai dalam menjalankan aktifitas bisnis yang harus islami tetapi juga nilai manfaat mereka harus rahmatan lil alamiin. Bank syariah harus menjadi kepanjangan tangan Rasulullah untuk memberi manfaat sebesar-besarnya pada seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya pada golongan tertentu. Bank syariah harus mampu memiliki different value berupa spiritual value dan humanity value yang tinggi sehingga pada akhirnya akan memberikan corak yang sangat berbeda dengan bank konvensional pada umumnya. Bank syariah harus menjadi pelopor pada misi equal opportunity in financial industry atau bila dunia melalui PBB dan UNICEF nya telah mencanangkan “education for all” maka perbankan syariah harus mencanangkan “iB for all” dimana tidak ada batasan bagi siapapun untuk menerima pendidikan atau pengetahuan tentang Islamic banking. Tidak peduli orang kaya atau miskin, muda atau lanjut usia, berkulit hitam atau putih, muslim atau non-muslim, berkaki dua atau satu, punya rumah atau tinggal di panti asuhan, tidak ada perbedaan bagi mereka. Mereka semua harus diberi pengetahuan tentang apa sih dan bagaimana sih Islamic banking itu lalu apa peran mereka dalam mengembangkannya. Apakah mereka hanya bisa berperan sebatas nasabah atau mereka mampu dan mau untuk berperan dalam tingkat yang lebih tinggi. Semangat ini harus digelorakan agar mempercepat akselerasi pengembangan perbankan syariah di nusantara. Bila hal ini dilakukan maka sisi kemanfaatan perbankan syariah akan terpenuhi, citra perbankan syariah akan semakin bagus dan memperkuat keistimewaan lain dari perbankan syariah seperti terbukti tahan pada krisis, rasio utang macet yang rendah, dan bebas riba atau bunga yang bisa menggunung dan mencekik debitur.
Salah Satu Solusi : Pengalihfungsiaan Donasi Konsumsi Untuk Donasi Produktif
Muhammad Yunus, pendiri dan Managing Director Grameen Bank berkata, “Kemiskinan tidak diciptakan oleh orang miskin. Kemiskinan tercipta karena kita gagal membuat berbagai institusi yang mampu mendukung kemampuan manusia.” Bank syariah harus mulai mau bergerilya ke panti-panti asuhan, ke Yayasan Pendidikan Anak Cacat, ke lembaga-lembaga penampungan anak jalanan untuk memberikan pencerahan pada mereka bahwa mereka bisa turut serta berperan aktif dalam memajukan Islamic banking sekaligus untuk mulai mengkader dan menciptakan generasi-generasi yang ahli dalam Islamic banking. Senyampang masih muda dan mulai booming perbankan syariah harus punya keinginan (goodwill) untuk mulai memberdayakan mereka. Adanya dana CSR (Corporate Responsibility Program) harus dimaksimalkan, daripada memberi donasi berupa bantuan sekali pakai entah berupa uang atau benda-benda materi maka lebih baik memberi bantuan berupa asupan kemampuan dengan membentuk lembaga-lembaga pendidikan atau kursus yang berkelanjutan yang mempersiapkan mereka untuk bisa membantu gerak aktifitas bank syariah. Entah diajari menjadi office boy, entah menjadi security, entah menjadi teller atau bila memang mereka mampu kenapa tidak dipersiapkan untuk menempati jajaran yang lebih tinggi semisal supervisor dan manajer. Bukankah dalam Islam kita telah diajarkan untuk tidak melihat seseorang dari dimensi kulitnya saja tetapi yang lebih penting adalah dimensi jiwa yang mengisi kulit tersebut. Bagi Allah yang membedakan seseorang bukan harta atau tampang atau bentuk tubuh tetapi lebih pada ketakwaan atau keluhuran jiwa (kemampuan). Bukankah selama ini perbankan syariah sedikit kesulitan dalam mencari SDM yang ahli dalam ekonomi syariah? Maka mengapa tidak mulai dengan menanam SDM yang berpengetahuan ekonomi syariah agar beberapa tahun lagi perbankan syariah bisa memanen hasilnya dan tidak perlu repot mencari atau memberikan pelatihan-pelatihan instan pada karyawan perbankan konvensional tentang perbankan syariah bila akan membuka cabang baru atau mengisi posisi tertentu.
Mengapai Barokah Allah swt dan Rasul-Nya untuk Kemajuan iB
Golongan kesayangan Rasulullah adalah anak yatim-piatu dan golongan lemah yang mereka juga disebut juga golongan yang dicintai Allah. Maka apabila perbankan syariah mau untuk memberdayakan anak-anak atau remaja yatim piatu dan golongan orang-orang bertubuh istimewa untuk membantu mereka memperoleh pekerjaan dan martabat yang lebih tinggi maka jangan heran bila kelak Allah akan menumpahkan barokah pada perbankan syariah, jangan heran bila nanti pertolongan Allah senantiasa menyertai perbankan syariah, jangan heran apabila pada suatu saat perbankan syariah tetap kokoh di kala perbankan konvensional berguguran karena bencana keuangan yang menerapkan sistem riba. Itu semua tidak hanya karena Allah swt melalui Rasulullah sudah memberikan kita sistem ekonomi yang sempurna. Tetapi juga karena Allah selalu menolong orang-orang atau organisasi yang menolong golongan lemah, alam seisinya adalah milik-Nya maka mudah bagi Allah untuk menolong hambanya. Di tengah kuatnya arus pemikiran kapitalisme ini, alam rasio manusia terkadang tidak mampu mencerna keajaiban yang di datangkan-Nya, contoh nyata adalah Grameen Bank yang concern pada pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah dan terbukti mampu berbicara banyak di tengah dunia perbankan konvensional, itu semua adalah berkat pertolongan Allah (di samping pengelolaan yang bagus). Tidak ada seorang pun bankir konvensional yang menduga Grameen Bank akan sebesar ini, maka bagi Allah menurunkan pertolongan itu sangat mudah asalkan kita mau menolong sesama. Dalam suatu hadist dikatakan bahwa sebaik-baik rumah adalah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim-piatu yang hidup bahagia. Maka bisa kita ambil juga hikmah bahwa sebaik-baik tempat kerja adalah tempat kerja dimana anak yatim-piatu dan golongan lemah bahagia karena mereka mendapatkan kesempatan untuk memperoleh martabatnya bukan hanya sebagai pihak yang selalu diberi donasi tetapi sebagai pihak yang mampu mendonasi dan mengangkat derajat saudara-saudaranya yang lain. Bila perbankan syariah mau untuk menggali sleeping potential ini maka bukan tidak mungkin gerbong kemajuan perbankan syariah akan diisi oleh orang-orang istimewa dengan barokah yang istimewa pula. Semoga bermanfaat :D
*bisa dilihat juga di http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2010/12/16/orang-orang-istimewa-dalam-gerbong-kemajuan-bank-syariah/
0 komentar