[FLP Malang] Selamat Tinggal : Mengenang KH Zainuddin MZ
08.29Benar-benar kehilangan itulah kata yang terbersit di benak saat ibu saya menberitahukan kabar duka bahwa salah satu dai, ulama, motivator surga terhebat yang dimiliki negeri ini berpulang keharibaan-Nya. Masih segar diingatan, masih tergiang suara beliau di telinga dan belum habis-habis kekaguman saya pada sosok beliau yang kharismatik. Penguasaan panggung, suara dan penampilan yang mengagumkan benar-benar merupakan bakat alam yang dianugerahkan Allah pada sosok bernama lengkap Zainuddin Muhammad Zen ini. Intonasinya jelas, pemilihan katanya pas, walau pemakaian bahasa serapan selain bahasa Arab seperti bahasa Inggris dan Belanda kadang terdengar lucu saat diucapkan beliau. Tapi menurut saya menjadi ciri khas yang mebuat unik setiap ceramahnya selain gaya tertawanya yang he..he..he. Sendari kecil setiap menjelang maghrib saya sangat suka mendengarkan ceramah beliau yang disiarkan oleh salah satu stasiun radio. Walaupun sudah berulang-ulang kali diputar tak jua membuat saya bosan mendengar petuah, hikayat, ulasan masalah-masalah ummat terkini yang beliau rangkum dalam ceramahnya. Gurauan beliau yang mengandung kritik tak menyakiti tapi mengena, kerap menyindir perilaku sehari-hari saya yang menyimpang. Dengan kritik bernada lucu itulah muncul kesadaran untuk selalu memperbaiki diri. Guru saya bercerita, saat beliau kecil pernah suatu waktu guru saya menghadiri ceramah beliau di Istora Senayan (sekarang Gelora Bung Karno) di sana dihadiri puluhan ribu atau bahkan mencapai ratusan ribu orang untuk mendengar ceramah beliau. Beberapa saat kemudian mobil yang beliau tumpangi diiringi Raja dangdut Rhoma irama serta pejabat-pejabat Negara muncul menuju podium. Hingga muncul optimisme saat itu, inilah kebangkitan umat islam di Indonesia. Riuh-rendah sambutan saat beliau naik ke panggung dan memberikan ceramah dimana saat itulah jargon beliau yang kemudian menjadi positioning beliau di dunia politk terbentuk, “Saya tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana”. Yang dengan kata lain KH Zainuddin MZ menegaskan tidak memihak salah satu partai di Indonesia tetapi bisa digunakan siapa saja asal untuk kemaslahatan ummat. Walau komitmen itu akhirnya belum bisa beliau penuhi secara tepat tapi terlepas dari segala kekurangan beliau sebagai manusia biasa saya lebih suka mengambil kata bijak dari para sufi “petiklah bunga kebenaran darimana pun dia berasal” dan seperti kata Sayyidina Ali ra “jangan lihat siapa yang ngomong tapi apa isi omongannya”. Secara pribadi saya berpendapat bahwa KH Zainuddin MZ telah menjadi wasilah/perantara kebaikan bagi Indonesia dan dunia (karena kaset-kaset beliau tersebar di berbagai belahan Negara). Maka sebagai penutup seperti dikatakan guru saya tadi pagi, kita telah kehilangan ulama-ulama hebat negeri ini. Maka bila kita tidak mampu menjadi ulama yang mampu berdakwah maka setidaknya memiliki kepribadian ulama di tiap diri kita. Menjaga diri kita dari hal-hal yang bertentangan dengan tuntunan-Nya. Semoga Allah memberi hidayah pada hati kita dan melindungi para ulama kita. Amien Malang, 06 Juli 2011
0 komentar