Mendukung dan Percaya Jokowi
07.57Tulisan ini saya buat sebagai peryataan saya sebagai relawan Pak Presiden Jokowi. Saya tuangkan berdasarkan pengalaman pribadi saya di organisasi dan di bisnis.
Kalau anda pernah menjadi anggota atau pemimpin suatu organisasi ataupun bisnis dan sedang dalam masa transisi untuk berubah menjadi lebih baik atau jauh lebih baik. Pasti anda akan merasakan banyaknya goncangan, pertentangan, kekhawatiran-kekhawatiran dan tentunya kesempatan memilih yang terbatas bahkan cenderung harus memilih yang terbaik dari yang terburuk.
Beruntungnya saya pernah menjadi kedua-duanya. Saya pernah menjadi anggota organisasi kampus dan saya pun pernah menjadi ketua organisasi tersebut. Saya pernah menjadi bawahan dan saya juga pernah memimpin divisi bisnis. Ada yang bilang menjadi anggota/bawahan tentunya lebih mudah, karena kita hanya menjalankan perintah dan arahan dari pemimpin. Ada juga yang bilang menjadi pemimpin itu enak. Tinggal menyuruh dan mendelegasikan saja. Benarkah begitu?
Sepengalaman saya, menjadi anggota bukanlah tugas yang mudah. Pertama sebagai anggota kita harus memilih ketua/pemimpin organisasi yang benar-benar memiliki visi dan mau bekerja. Ini bukan pekerjaan mudah, saat pemilihan ketua/pimpinan selalu ada nama-nama yang diajukan ke forum dan harus kita pilih salah satu menjadi nahkoda organisasi selama 1 tahun. Hidup-matinya organisasi akan bergantung dari nahkoda baru ini. Oleh karena itu pemeriksaan track record, visi dan ada tidaknya vested interest harus sangat diperhatikan. Agar nantinya terpilih pemimpin yang terbaik dari pilihan yang ada.
Setelah tahapan memilih ada tahapan yang jauh lebih berat lagi. Yaitu MENDUKUNG dan MEMPERCAYAI keputusan ketua/pemimpin baru. Pada fase ini kepercayaan yang kuat pada pemimpin yang telah kita pilih harus benar-benar dimiliki. Kadang direction dari pemimpin membuat kita takut apakah benar ini yang dibutuhkan organisasi, kadang membuat pertentangan antar anggota atau pengurus bahkan kadang tidak sedikit penentangan dari mereka yang menginginkan keadaan yang so..so saja asalkan damai alias comfort zone. Beruntunglah saya, pada masa menjadi anggota, saya mengalami dua periode yang bersentuhan baik dengan masa comfort zone maupun masa transisi untuk perubahan yang penuh turbulensi. Sehingga saya tahu, menakar seorang pemimpin terkadang tidak bisa hanya dari apa saja keputusannya yang enak buat anggota tapi pemimpin yang baik adalah yang tahu apa yang terbaik buat organisasi.
Di masa transisi banyak anggota yang belum berani mengemban tantangan sang ketua baru, karena bisa jadi sudut pandang sang ketua belum dipahami atau belum menjadi sudut pandang dari anggota. Kebanyakan pemimpin adalah mereka yang rata-rata memiliki helicopter view. Yang bisa melihat apa saja kesempatan, kendala dan sumber daya yang ada disekitarnya dan berkeinginan untuk maju. Membawa organisasi nya terbang ke level yang lebih tinggi lagi. Pemimpin terkadang bisa melihat apa yang tidak dilihat oleh anggota.
Menjadi pemimpin terkadang diharuskan untuk memutuskan beberapa hal secara cepat, cermat dan tepat. Memilih diantara pilihan yang ada yang terkadang membuat kepala pusing tujuh keliling karena pilihan yang tersedia adalah pilihan yang tidak selalu menguntungkan. Tapi pemimpin diharuskan untuk memilih, dan apabila ada pilihan yang sama-sama jelek harus bisa memilih salah satu diantaranya lalu membuat tindakan penyelamatan, exit strategy. Kalau didalam istilah sepakbola harus menyiapkan strategi counter attacknya. Pemimpin terkadang harus melakukan tindakan yang hanya diketahui oleh Ring 1 nya. Berkoordinasi dengan pengurus-pengurusnya untuk melakukan hal-hal yang dirasa akan membawa kebaikan pada organisasi. Yang terkadangan di benak anggota tidak enak atau tidak nyaman.
Beberapa pemimpin dianugerahi dengan kemampuan verbal dan retorika yang bagus. Beberapa pemimpin dianugerahi pembawaan yang kalem. Ketegasannya tidak selalu dinampakkan dalam ucapan, tapi lebih sering dalam tindakan. Saya beruntung bisa belajar dari berbagai macam karakter pemimpin, bisa mengamati mereka dari dekat bahkan bertukar pikiran.
Dalam organisasi dan dalam bisnis selalu yang menjadi prinsip saya adalah menjunjung dan membantu ketua/pemimpin untuk bisa membawa institusi ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Pemimpin tidak selamanya selalu benar, karena mereka manusia biasa. Seperti saya, seperti anda, seperti kita yang bisa saja membuat kesalahan. Pemimpin terkadang keras kepala lalu melakukan kesalahan fatal, lantas apakah pemimpin tersebut harus ditinggalkan? Tidak juga, justru pada fase itu kita harus Mendukung dan Percaya. Karena menurut saya, disanalah peran kita yaitu Untuk Mendukung (membantu), lalu mempercayai pemimpin untuk melakukan tindakan lagi.
Oleh karena itu, saat pilpres 2014 tersedia 2 pilihan maka selayaknya saya memilih pimpinan organisasi dan bisnis maka secara pribadi saya lakukan pengamatan, penelusuran track record, ada tidaknya vested interest dan kesamaan serta kenyamanan secara personal. Karena pemimpin adalah orang yg akan kita bantu maka selalu saya pastikan bahwa saya membantu orang yang benar, baik dan sevisi. Setelah pilihan saya tujukan pada Jokowi. Maka tentu saja, seperti yang saya lakukan dalam organisasi/bisnis setelah memilih pemimpin saatnya saya Mendukung dan Percaya.
Sampai saat ini saya mendukung apa yang dilakukan Pak Presiden karena saya sadar betul bahwa Pak Presiden sedang membawa Indonesia ke masa transisi keluar dari comfort zone.Keluar dari comfort zone berarti akan banyak pertentangan, penentangan, bahkan cibiran. Karena bukan kebijakan populis. Saya 100% dukung hal-hal yang tidak begitu berani dilakukan oleh pemimpin terdahulu seperti mengurangi subsidi BBM, menghukum mati pengedar narkoba, menenggelamkan kapal pencuri ikan dll.
Untuk masalah Kapolri, saya juga Percaya pada langkah Pak Presiden untuk “memilih” si empunya rekening gendut (yang disetujui oleh kelompok KIH dan KMP di senayan), kalau ternyata ada polemik yang diakibatkan pemilihan calon tunggal itu. Saya Percaya bahwa Pak Presiden punya pandangan strategis yang tidak bisa dilihat secara kasat mata oleh rakyat. Sama seperti pemimpin di organisasi/bisnis yang mengambil pilihan strategis yang hanya diketahui oleh Ring 1 nya yang terkadang tampak tidak populer, tidak enak dan tidak nyaman di kalangan anggota.
Satu contoh simple saja dari kasus Kapolri ini, bertahun-tahun kasus rekening gendut polri ada di tangan KPK tapi mengapa tidak diusut? Kenapa baru diusut setelah Pak Presiden memilih nama BG sebagai Calon Kapolri? Kenapa KMP dan KIH yang bagai tom n jerry bisa akur memilih BG? Itulah hal-hal terselubung yang tidak diketahui oleh publik tapi saya yakin dipahami presiden. Lalu dengan sekali kibasan tangan presiden mengambil langkah strategis, bagaikan mematik api dalam sekam sehingga dalam hitungan hari Kasus Rekening Gendut langsung Hot lagi.
Kalau ada pihak-pihak yang tidak puas dengan kebijakan atau tindakan pak presiden, maka saya hanya tahu satu hal. Tidak ada kebijakan apapun yang mampu menyenangkan semua pihak, khusunya para haters yang gagal move on pasca pilpres. Secara pribadi sampai tulisan ini dibuat pandangan saya adalah seperti apa yang Pak Bambang Widjojanto katakan
"Saya Tetap Percaya Pak Jokowi".
"Saya Tetap Percaya Pak Jokowi".
0 komentar