Perbincangan Malaikat dan Setan (Kesusahan adalah Kebahagiaan)

11.23



Bunyi air sungai membelai telingaku yang tengah duduk di atas batu kali yang terasa dingin di kulit kakiku. Gemericiknya begitu menenangkan kalbu dan terkadang mengoda mata ini untuk terpejam. Saat sedang asyik tenggelam dalam pikiranku sendiri itulah kemudian datang Pak Guru,
”Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
“Eh ni anak ngelamun saja kerjanya”
“Bosan pak Guru, ada cerita ga?”
“Ada”
“Cerita dong”
Beliau mengambil tempat di depanku
“Woke, langsung saja begini ceritanya……”
Adzan magrib telah terdengar dari sebuah musholla di kompleks perumahan umum kota Malang. Para jemaah berbondong-bondong masuk ke dalam musholla untuk menunaikan shalat magrib. Tanpa diketahui oleh para jemaah di dalamnya ternyata ada segerombolan setan yang melayang di atas masjid dan mengamati para jamaah yang sedang menunaikan shalat. Tak lama kemudian datang sesosok malaikat yang tak sengaja lewat kompleks musholla tersebut. Dan bertanyalah si malaikat
“Wahai Setan, mengapa kalian bergerombol dan diam saja di atas musholla ini? Tidakkah kalian mengoda manusia-manusia yang sedang sholat di bawah?” Tanya si malaikat.
Salah satu setan yang rupanya menjadi pimpinan gerombolan itu menatap si malaikat seraya berkata
“Allah telah mengaruniakan cobaan yang berat pada para manusia di bawah”
“Lalu bukannya kalian bisa lebih mudah menggoda mereka?” ujar si malaikat
“Secara teori begitu, tetapi sebenarnya semakin sengsara manusia. Semakin besar kemungkinan mereka untuk dekat dengan Rabb-Nya.”
“Coba kau lihat orang-orang di barisan terdepan jamaah musholla ini. Mana ada wajah-wajah sumringah di antara mereka. Manusia-manusia di shaf terdepan adalah manusia-manusia yang sedang penuh masalah dalam hidupnya.”
“Kau lihat, orang yang memakai sarung merah di tengah itu. Dia sedang kalut memikirkan utangnya yang akan jatuh tempo sebentar lagi. Lalu kau lihat orang yang memakai baju batik itu, dia sedang risau karena istrinya sakit dan tidak kunjung sembuh. Kau lihat orang yang sedang sholat sambil meneteskan air mata itu, dia baru saja dipecat dari pekerjaannya dan tak juga menemukan pekerjaan baru padahal bulan depan dia mau menikah.”
“Haah,hampir semua manusia yang sholat hari ini sedang mendapat cobaan yang besar dari Allah, sehingga mereka mendekat pada-Nya.”
“Lalu kalian hanya mengganggu manusia-manusia yang dilimpahkan kenikmatan pada mereka?” Tanya si malaikat
“Ya, begitulah. Mereka lebih mudah untuk di ajak menjauh dari Rabb-Nya, karena perut yang kenyang, dompet tebal dan kasur yang nyaman akan melemahkan keimanan mereka. Tidak usah “ngoyo” pun mereka akan menjauh dengan sendirinya dengan Pencipta mereka.”
Sejenak kemudian datang beberapa orang yang menjadi makmum masbuq
“Nah, beberapa orang yang datang terakhir itu contohnya. Mereka adalah orang-orang yang sudah merasa nyaman dengan hidup mereka, dengan Teve, laptop,internet, uang dan berbagai macam hiburan yang kami indahkan di mata duniawi mereka. Sehingga mereka menunda-nunda mendirikan sholat”
Sholat magrib telah selesai, dan beberapa jamaah sholat magrib di mushola itu tampak khusyuk dengan doa dan dzikir mereka.
“Oke, kita cabut dulu coy.” Ajak si pemimpin gerombolan setan
“Lho kalian tidak mengganggu mereka setelah sholat?” Tanya malaikat heran
“Tidaklah, habis-habisin tenaga menggoda orang yang mendapat cobaan dari Allah kemudian mereka mengadu ke rumah-Nya dan mereka meyakininya. Nanti saja kalau mereka telah mendapat apa yang mereka inginkan, kami akan kembali dan menggoda mereka, karena saat-saat itulah mereka lebih mudah digoda dan dijerumuskan. Sungguh manusia adalah makhluk yang tidak pandai bersyukur atas nikmat-nikmat Penciptanya.”
Gerombolan setan itupun pergi dengan cepatnya, sang malaikat melihat ke bawah dan mendengar doa-doa manusia-manusia di bawahnya sembari mengeleng-ngeleng kepalanya. Sungguh manusia banyak mengira nikmat itu adalah berlimpahnya harta, besarnya rumah, dan kenikmatan-kenikmatan dunia padahal nikmat yang diberikan berupa keadaan-keadaan yang mempersempit hidupnya bisa jadi nikmat yang tak terhingga karena membawa manusia lebih dekat dengan Penciptanya. Si Malaikat pun pergi dari atas musholla itu.
“Begitulah cerita ini berakhir”
“Jadi menurut Pak Guru mending kita sengsara tapi dekat dengan Allah begitu”
“Ya, dipikir dong masak tanya terus, ha….ha…ha”
“Ayo, kita cari ikan saja, daripada kamu bengong lagi.”

You Might Also Like

0 komentar

Instagram