Catatan Outdoor Learning Bhawikarsu 2011

10.41


Akhiirrnya, dapet pengumuman bahwa seluruh kelas XII SMAN 3 malang dengan sukses di “depak” dari Bumi Bhawikarsu. Yang lebih salut lagi, walau terdepak mereka dengan sukarela menerima pendepakan ini. Setelah di sahkan melalui rapat pleno, maka tibalah saatnya menuju 2 objek yang akan diobservasi oleh pejuang-pejuang bhawikarsu kelas XI. Lima bis merah telah menanti dengan hikmatnya di depan pagar sekolah. Tentu saja bis paling depan diberi tulisan nomer 1 dan bis paling belakang diberi tulisan nomer 5. Semuanya Nampak normal-normal saja, saya sendiri diberi amanah dan tanggung jawab untuk duduk di samping pak kusir eh pak sopir di bis 5. Bersama “gerombolan” IPS yang heboh bin ajaib (ada aja ulahnya). Protes keras tentang bis yang tidak ber Ac dan sedikit bobrok tidak saya indahkan (dalam hati saya yang penting jalan-jalan mau naik bis kek, naik delman kek ga masalah he3). Ya itung-itung mandi sauna dan melatih kesabaran. Sekitar pukul delapan lebih bis mulai bergerak pelan dan terus bergerak dengan pelan kearah Kota Lawang. Dimana objek pertama akan kami kunjungi, setengah jam perjalanan menghantarkan kami ke depan pintu kemerdekaan eh ke depan pintu Rumah sakit jiwa yang dulunya saya lebih kenal dengan nama RSJ Sumber Porong. Tapi sekarang sudah berganti nama dengan nama baru yaitu Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat. Begitu masuk areal rumah sakit ini, kami langsung bisa melihat beberapa cluster/ruangan yang disediakan untuk menterapi pasien. Beberapa peserta sedikit kecut hatinya dengan keadaan di rumah sakit ini, bukan karena tempatnya mirip rumah hantu tetapi karena beberapa pasien berkeliaran di areal rumah sakit. Maklum selama ini orang dengan gangguan jiwa identik dengan tindakan tidak terarah dan membahayakan. Walaupun ternyata disana mereka lebih banyak diam, jalan-jalan, melihat-lihat. Ya walaupun terkadang bertingkah kocak dengan tiba-tiba memperkenalkan dirinya dan SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) lalu ada juga yang menyuruh kami pulang.

Prosesi penerimaan observasi kami diadakan di aula utama Rumah sakit, berada tepat di depan lapangan tenis (heran kan ada lapangan tenis di kompleks rumah sakit, saya juga heran). Pemuda-pemudi bhawkarsu duduk dengan rapi di kursi lipat merah yang telah disediakan, karena antusias yang luar biasa dari anak-anak bhawikarsu khususnya kelas XI untuk mengobservasi Rumah Sakit Jiwa (siapa tahu suatu saat mereka butuh kesana. Butuh untuk meneliti maksudnya). Akhirnya jumlah kursi yang tersedia tidak mencukupi untuk peserta. Disinilah hal yang diluar dugaan terjadi ternyata para pasien rumah sakit cukup aktif untuk membantu menyiapkan kursi lipat tambahan bagi peserta observasi. Mereka rela hilir-mudik mengangkuti kursi dari gudang rumah sakit ke aula. Bahkan salah satu dari mereka ada yang ikut duduk di dekat salah satu guru bahasa inggris dan menyimak paparan dari pemateri pertama. Si guru ini tak ayal terkejut, tapi dengan tenang bisa menguasai keadaan (kan ga sopan klo tiba-tiba berteriak kaget atau ketakutan he3).

Seperti biasa anak-anak bhawikarsu karena gizinya berlebih jadi mereka tak mau kalah berkicau dengan pemateri. Pemateri ngomong, peserta juga kebanyakan asyik ngomong sendiri-sendiri (Yah semoga kalian diampuni oleh Tuhan). Bahkan ada yang keluar ruangan dan menggoda salah satu pasien di sana. Pasien itu disuruh nyanyi, hormat, dan tingkah konyol lainnya. Saya jadi heran ini yang harusnya masuk rumah sakit jiwa siapa.

Materi pertama tentang sejarah RSJ Dr.Rajiman Wediodiningrat yang ternyata sudah ada sejak jaman Londo yaitu di tahun 1902 dengan yang diserahkan pada Dinas kesehatan Tentara (Militaire Gezondheids Dienst). Lalu berubah nama menjadi RSJ Sumber Porong dan terakhir menjadi RSJ Dr. Rajiman Wediodiningrat (untuk info lebih lanjut silakan buka http://www.rsjlawang.com/profil.html#sejarah) :D. Lalu dilanjutkan mengenai beberapa penjelasan teknis. Pemateri kedua yaitu pak Zaenal Muttaqien Saat sesi tanya jawab peserta disindir tentang penyakit jiwa dan sistem koordinasi. Dijelaskan bahwa orang yang sehat secara jiwa maka sistemnya koordinasinya bekerja dengan baik tetapi bila ada pemateri ngomong dan peserta ramai sendiri pasti sistem koordinasinya buruk dan berarti memiliki salah satu ciri dari penderita gangguan jiwa (nah lho). Setelah itu beliau memberikan pengarahan bagaimana teknis observasi, dan larangan-larangannya.

Setelah dibagi kelompok kami pun langsung berpencar ke tempat observasi masing-masing. Saya kebagian menemani kelompok 5 di ruang Parkit. Dijelaskan bahwa, ruang terapi untuk pasien dibedakan menurut 1. Jenis kelaminnya (Ruang pria diberi kode nama burung-burungan seperti Parkit, Kakak tua, cucak rowo dsb. Ruang wanita diberi nama bunga-bungaan seperti anyelir, kamboja, mawar dsb) 2. Menurut kasusnya (Ruang bangau untuk pasien kriminal) 3. Menurut usianya (ruang untuk anak-anak dan ada juga ruang untuk lansia).

Di ruang parkit kami melihat secara langsung bagaimana kehidupan para pasien. Seperti di awal saya tulis mereka kebanyakan diam dan memperhatikan saja. Menurut petugas pasien sakit jiwa itu lebih banyak karena tekanan mental dari lingkungannya yang mengucilkan mereka dan juga karena masa kecil yang kurang bahagia. Disitu juga dijelaskan bahwa saat ini sudah tidak boleh menyebutkan seseorang dengan kelainan jiwa dengan sebutan G.I.L.A tetapi harus disebut SKIZOFRENIA. Orang sakit jiwa jangan dijauhi tetapi harus diperlakukan sebagaimana orang sakit pada umumnya yaitu diberikan perhatian dan perawatan. Setelah puas mengobservasi kami segera kembali ke bis, makan siang sudah disapkan dengan lauk ayam dan gulai kambing. Peserta menikmati makan siang dengan lahap walaupun ada beberapa yang kurang beruntung tidak mendapatkan sendok bebek di kotak makannya (kurang amal mungkin ya he3).

Pukul 12 kurang bis sudah bergerak ke arah Pasuruan, tepatnya ke arah desa Ngembal. Perjalanan ke arah Ngembal bikin hati dag..dig..dug karena medan jalan yang naik-naik ga turun-turun. Tapi dengan perjuangan dan doa yang tulus (:P) maka sampailah semua bis di daerah agrowisata Bhakti Alam. Disana peserta langsung berganti pakaian dengan pakaian olahraga kecuali IPA xxx yang pake merah-merah (mbelingan). Peserta secara bergantian langsung diarak ke pendopo utama dengan kereta kelinci. Di pendopo langsung dikondisikan oleh penanggung jawab lapangan dibagi per kelompok untuk observasi ke kebun buah dan peternakan di Bhakti Alam. Pos pertama observasi adalah kebun Jambu Darsono, saya bertanya apakah ada Jambu pasangannya DarSONO yaitu DarSINI tapi belum menemukan jawabannya. Setelah itu dilanjutkan ke Pos berikutnya yaitu Pos Menyamakan Rupa atau Pos hewan ternak sapi dan kuda (setelah saya teliti ternyata ada beberapa murid bhawikarsu yang mirip dengan penghuni kandangnya he3). Dikesempatan itu juga beberapa murid melepas rindu dengan sesama jenisnya terbukti saat disuruh pindah pos mereka ga mau-mau.

Pos ketiga adalah Pos pasteurisasi susu sapi, disini dijelaskan secara singkat bagaimana pengolahan susu sapi di Bhakti Alam dari susu mentah menjadi susu yang higienis, nikmat, murah dan siap minum. Kami juga diberi segelas susu gratis yang harus dihabiskan di tempat saat itu juga (ini adalah Pos favorit saya :D). Setelah itu kami ke Pos Durian disana dijelaskan tentang berbagai macam durian tapi yang paling saya ingat adalah arti dari Durian Monthong, Monthong berasal dari bahasa Thailand yang artinya “Bantal Emas” padahal, siapa yang mau tidur dengan berbantalkan durian. Berhenti agak lama di pos durian kami lanjut ke pos terakhir yaitu Pos Melon, melon-melon di Bhakti Alam di kembang-biakkan di Greenhouse dengan cara hidroponik jadi tidak terpengaruh cuaca. Harga jual per kilo disana Rp 15 ribu dan kami pun diberi tester sepotong tester yang rasanya jelas uueenak (lha wong rasa bayar he3).

Hujan yang deras membuat kami sedikit berbasah-basahan saat menuju pendopo dengan kereta kelinci yang mengambil jalur berputar-putar di area kebun buah. Sesampainya di pendopo peserta langsung dibagi per kelas untuk mengikuti Games dari guru-guru bahasa Inggris and the geng. Acara games berlangsung rame dan sedikit ricuh karena seperti biasa murid-murid bhawikarsu kelebihan gizi apalagi sudah dapat asupan susu dan melon plus temu kangen dengan sejenisnya di kandang, klop deh. Saya sendiri asyik foto-foto diri sendiri he3. Guru-guru yang merangkap Kameramen dan tukang foto bekerja dengan penuh semangat (saya dibagi fotonya ya pak he3). Waktu merangkak dengan cepat, tak terasa sudah hampir maghrib saatnya kami pulang yang tentu saja dengan di antar kereta kelinci ke pintu gerbang Bhakti Alam.

Bis no urut 5 tetep berada di urutan paling buncit tetapi kali ini di depan kami adalah bis no 2, disinilah peristiwa yang memicu adrenalin terjadi. Ternyata bis no 2 salah arah dan bis no 5 dengan khidmat mengikutinya seperti kerbau dicocok hidungnya. Alhasil saya pun merasakan keanehan karena jalan yang dilewati berbeda dan makin lama jalannya makin sempit. Dan ternyata benar kami dengan sukses KESASAR alias Salah jalan. Jalan yang kami ikuti ternyata ke arah Pasuruan bukan ke arah Malang, mau muter ga bisa karena jalannya sempit sekali dan Alhamdulillah karena di bis no 5 masih ada orang yang masih sering berbuat baik (salah satunya saya) maka kami ditolong oleh pegawai Bhakti Alam yang kebetulan juga akan pulang dan searah dengan bis kami. Dia memberikan arahan jalan yang benar lalu dengan perjuangan yang tak kenal lelah kami pun sampai di Pasar Wonorejo Pasuruan.
Pukul delapan malam kurang sedikit kami sampai di Mabes Bhawikarsu. Berakhirlah kegiatan Outdoor Learning 2011 kali ini buat 3 bis yang ga sempat kesasar maaf ya kalian tidak bisa menikmati 1 wahana dari bhakti Alam yaitu wahana jalan-jalan mencekam d tengah sawah Pasuruan yang indah he3, Alhamdulillah :D
(Malang, 16 Mei 2011)
oleh Arif Bawono S.

You Might Also Like

0 komentar

Instagram